Friday, November 5, 2010

Rindu dibatasi lautan

Bayang bulan tiada kelihatan malam ini. Mengundang rasa dingin tanpa disedari. Turut membawa lamunan yang tiada titik berhenti. Menghayati cerita apa yang selalu berlabuh di setiap langkah perjalanan. Mungkinkah ada lagi sesuatu yang tertinggalkan jauh di belakang, membuat kotak minda selalu berputar mengingatinya kembali.

Di atas sebuah kapal yang telah pun berlabuh di sebuah pelabuhan. Masih ramai penumpang yang masih belum lagi surut. Berpenat lelah mengharungi perjalanan selama 5 jam kurang lebih. Semua nya masih tidak sabar menjejakkan kaki di daratan. Termasuk juga si pencerita ini. Penulis bersabar dan memutuskan untuk menjadi penumpang yang terakhir turun dari kapal.

Berlinang air mata kesedihan walau hanya jatuh dua butir. Itu sahaja cukup menggambarkan betapa hatinya hiba di pujuk oleh bayu laut. Kedinginan membawa kesendirian. Jauh pergi tiada berteman. Hanya mengharapkan doa untuk lekas-lekas akhiri kekacauan hati ini. Penulis berjalan jauh menyeberangi lautan tanpa dipaksa. Namun sepertinya lari dari maksudnya.

Berminggu-minggu harus merasa duka bila semua cerita telah abis dibuka. Sepertinya dahulu telah berubah. Hakikat yang tidak dapat diterima untuk menjalaninya tanpa ada yang selalu menemani langkah. Mati segala ceria yang selama ini bergelumang dengan canda tawa yang tiada berbelah bagi. Menuntut kegembiraan itu bersama rasa kerinduan. 

Dalam mencuba peristiwa yang sering terulang. Penulis tetapkan dada dalam keraguan. Sungguh dia keras dengan kesabaran, namun hatinya tetap rapuh bila terasa diri ini sepertinya dipinggirkan. Dan peristiwa kali ini sungguh menguji rasa kesabaran penulis dengan penuh dengan rintangan yang berat.

Berharap bintang sahaja yang dapat menemani walau bintang itu sangat jauh. Namun tetap ia dapat kelihatan. Dalam kegelapan mencari cahaya. Cahaya yang mampu menerangi rasa kerinduan yang terlampau. Menanti hadirnya kasih di sisi. Pasti itu yang selalu membuat rasa itu sering kembali.

Di segenap langkah, lemah diatur. Kaki kaku untuk berjalan sendiri. Harus ke mana lagi membawa hati ini. Selalu di tatap oleh seseorang yang begitu memahami. Penulis berharap segera akhiri mimpi ini dengan penuh kesabaran. Bahwa hanya itu sahaja yang dapat dilakukan kini. Dan penulis menanti agar hari ceria itu kembali lagi di sisi.

No comments: