Tapi kenapa? Kenapa aku lebih memilih dia? Sedangkan dia kata ada yang lebih baik dan terbaik menunggu aku. Apa menurutnya, dia tidak baik, dia bukan terbaik? Salah benar penilaian yang dia jual kepada aku itu. Bagiku, dialah yang cukup terbaik pernah aku jumpa. Menilainya dari sisi hati aku yang mulai merah kembali.
Sekarang hati aku telah bertukar gelap. Menjadi malap setelah hati mulai bekecamuk. Sudahpun menjadi kering, pasti nanti akan menjadi layu pula. Selayu daun yang basah terkena hujan. Pandai aku berpura-pura tersenyum, walhal aku sedang menghiba. Beginikah kesudahan yang pantas aku terima? Mungkin jawapannya hanya ini. Terlalu rumit untuk bahagiakan hati dengan sengaja.
Mengapa? Mengapa selalu saja kegagalan yang aku bawa? Apakah aku harus gagal buat selamanya. Cukup aku bersabar, namun sabar atas sebab apa? Sabar untuk menjadi berjaya? Oh tidak, kekangan aku banyak di hadapan. Biarpun semangat aku setinggi angkasa. Tetap juga akan gugur jatuh ke bumi bila apa yang aku perlukan serba tidak mengizinkan.
Jadi aku minta izin untuk mulailah membenci aku. Agar aku bisa jadi sakit, dan mudah untuk aku menjauh. Menjauh aku akan berjaya bila rasa kecewa dan terkilan dapat menguasai diri aku yang terang-terang amat lemah hadapi senyummu yang selalu membuat aku berasa tenang dan bahagia.
1 comment:
Dari sana datang sini ,
Untuk baca bkog ini:)
Post a Comment